Sunday, May 8, 2011

Sabtu Sore di Danks Street


Hujan rintik-rintik turun sejak pagi hari di Sydney. Saat itu musim gugur di pertengahan April 2011. Udara terasa sejuk, namun ketika hujan turun, ditambah hembusan angin menerpa, terasa begitu dingin.

Danks Street berada di kawasan Waterloo, Sydney. Semarak dengan restoran, café dan gallery. Sebuah tempat hang-out yang banyak diminati oleh orang-orang muda baik penduduk setempat, maupun para migran dari berbagai negara. Hujan gerimis tidak mempengaruhi orang untuk berlalu lalang disekitar jalan tersebut.

Di sebuah café, tampak beberapa Orang Indonesia, terdiri dari pasangan muda suami isteri, menikmati Sabtu sore di French House, Danks Street. Mereka termasuk orang-orang sukses yang bekerja di Sydney, Australia. Setelah lelah bekerja dari Senin hingga Jumat, mereka sepakat untuk berkumpul setiap Sabtu. Ya, ini memang kelompok ngopi-ngopi. Begitu kata salah seorang anggotanya. Kita biasanya ngobrol macam-macam, terutama seputar berita yang sedang marak di tanah air. Maklum, bermukim di luar negeri tentunya ingin mengetahui topik berita apa saja yang menjadi bahan pembicaraan di negeri asal. Selain topik dalam negeri, tentu saling bertukar cerita berbagai hal, menyangkut kehidupan dan kegiatan yang mereka jalani di Australia sebagai tempat bermukim.


French House, sebuah lokasi di pojok, antara Danks Street dan Young Street. Sebuah bangunan yang sengaja di desain menyerupai restoran di Paris. Menyediakan aneka roti, croissant, sandwich, cake, teh, dan tentu saja kopi. Bila kita pesan teh, pelayan akan membawakan dengan satu set cangkir dan teko beserta peranti lainnya seperti tempat gula dan lain-lain disajikan lengkap bersama nampannya. Bila ingin minum kopi, penyajian kopinya pun unik, bukan dicangkir kecil, melainkan di gelas mangkok, namanya Soup Capuccino. Benar-benar sebesar manguk sop. Kata yang kerap berkunjung kesini, bila Maria Antoinette datang ke Sydney tentu akan mampir menikmati makanan, minuman yang disajikan disini. Mereka memesan tempat diluar ruangan.


Topik awal yang dibahas adalah mengenai berbagai kasus perbankan di tanah air, terutama yang melibatkan seorang karyawati bank swasta asing yang cantik dan seksi. Konon kecantikannya akibat beberapa kali operasi plastik. Obrolan mulai dari kisah pembobolan uang nasabah, bagaimana bisa terjadi hingga saling bertukar foto tentang si cantik dan seksi itu. Gambar yang diperlihatkan berasal dari foto-foto yang dikirim oleh teman dan keluarga di Indonesia melalui hanphone. Gelak tawa santer terdengar ketika mengomentari foto yang terkadang di imrpovisasi oleh orang-orang iseng pengirim foto, hingga tampak lucu gambarnya. Dan sesekali juga berdecak kagum melihat kecantikannya. Tapi mereka juga menampakkan rasa prihatin terhadap kondisi di tanah air, bukan saja kasus bank, tetapi juga masalah korupsi lainnya yang belum tuntas terselesaikan.

Sambil menyeruput kopinya, Dody yang bekerja di perusahaan telekomunikasi di kawasan Darling Harbor mengatakan bahwa bukannya tidak ada disini kejahatan semacam itu, di Australia ada pula berbagai jenis kejahatan seperti penipuan, pemalsuan dan sebagainya.. biasanya mereka menggunakan data-data palsu untuk menggelapkan sejumlah uang. Jenis kejahatan “white collar crime” memang kerap ada. Namun untuk kejahatan kecil-kecilan seperti copet, tidak banyak terjadi. Rampok atau pembunuhan juga ada, tapi angka kriminalitas seperti itu relatif kecil. Disini, misalnya pernah terjadi pemalsuan data penduduk oleh oknum tertentu untuk mendapatkan uang jaminan sosial dari pemerintah.


Lalu Betty yang bekerja untuk promosi dan perdagangan Indonesia, menimpali bahwa dompetnya pernah dicuri, tetapi akibat kelalaiannya sendiri, dengan meninggalkannya di meja sebuah perkantoran, padahal hanya sebentar tertinggal. Begitu kembali sudah tidak ada.Namun tidak disanka, ketika dia keluar gedung, tampak ada polisi yang sedang memegang dompetnya, langsung saja dia katakan, bahwa itu dompet saya. Ternyata, polisi tersebut memang sedang mencari-cari alamat yang terdapat didalam dompet tersebut. Setelah berhasil meyakinkan polisi, akhirnya dompetnya dia terima kembali. Uang yang berada dalam dompet sudah tidak ada, tetapi kartu kredit, dan lain-lain masih lengkap. Rupanya si pencuri setelah berhasil mengambil uang, dompetnya entah dibuang dimana, lalu ditemukan orang dan dilaporkan ke polisi. Betty sendiri tidak menyangka bahwa dompetnya diketemukan kembali dengan cepat. Lalu Betty kembali ke gedung dan menghubungi pihak keamanan dan menelusuri siapa pencurinya. Dari kamera CCTV, tampak jelas seorang pencuri sedang mengambil dompetnya. Entah bagaimana kelanjutan si pencuri tersebut, apakah bisa tertatangkap atau tidak, Betty sendiri tidak tahu.

Al Kusuma, seorang karyawan bank terkemuka di Australia mengatakan, bahwa bila kita kehilangan atau tertinggal barang disuatu tempat, dan ditemukan oleh orang yang beritikad baik, tentu kita bisa mendapatkan barang kita kembali. Kalau di kereta atau bus, ada tempat Lost and Found. Berbagai macam barang-barang yang tertinggal ada disana. Paling banyak payung, tapi banyak juga kereta dorong bayi, bahkan ada kursi roda sampai kaki palsu.. “lah koq kakinya bisa tertinggal ya..” katanya sambil tertawa.


Gerimis berganti menjadi hujan, cuaca kian dingin dan langit bertambah gelap. Tapi tampaknya mereka masih belum ingin beranjak. Tuty, ibu rumah tangga yang juga aktif di organisasi sosial, bercerita bahwa yang menyenangkan disini adalah kita tidakperlu khawatir dengan apa yang orang katakan terhadap penampilan kita. Kita boleh berpakaian biasa atau sederhana, dan tidak ada yang berkomentar tentang penampilan kita. Bila masuk toko atau restoran, apakah dia tukang sapu atau direktur semua tetap mendapat pelayanan yang sama. Disamping itu penduduk disini tidak peduli dengan merk yang disandang. Mereka tidak memperhatikan, apakah tas, sepatu atau baju kita keluaran butik atau perancang ternama. Konon, soal barang-barang branded, yang lebih tahu justru orang-orang Indonesia.

Lalu Al menambahkan disini hirarki sosial dalam kehidupan sehari-hari tidak terlalu menonjol, semua tampak sama. Karena jarak antara si kaya dan si miskin tidak terlalu jauh. Sebagai contoh, petugas angkut sampah (tukang sampah) mampu membeli mobil. Pelayan toko atau tukang bangunan bisa saja orang kaya, mereka mampu membeli kendaraan dan rumah.

Nieke yang bekerja sebagai perawat dan agen properti menimpali bahwa pagi-pagi bangun tidur, masih pakai piyama dan slipper (sandal kamar) dia harus ke “convenient store” (sebuah toko kecil seperti Circle-K kalau disini), karena keperluan mendesak, dia tidak sempat ganti baju. Tapi orang biasa saja, tidak ada yang memperhatikannya. Sehingga dia merasa nyaman dan leluasa.

Penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menempatkan sekelompok orang memiliki dimensi kekuasaan, privilese (hak isitimewa) dan prestise. Biasanya lapisan itu dinilai dari kekayaan, jabatan, atau berdasakan ilmu pengetahuan dan profesi yang dimiliki (profesor, dokter, insinyur, dsb). Oleh karena itu banyak yang ingin berpenampilan seperti orang kaya atau intelek agar dihargai dan diperlakukan istimewa.

Mereka bersyukur bahwa kenyataan tersebut tidak berlaku di Australia. Semua tampak sama sederajat. Seorang teman yang tinggal di Canberra, ibu kota Australia, sering menyaksikan Kevin Rudd yang saat itu menjadi perdana menteri (kini Menteri Luar Negeri) setiap pagi mengantar anaknya sekolah, menyetir mobil sendiri tanpa pengawalan protokoler. Bahkan dia harus mencari-cari tempat parkir kendaraannya bila ingin mampir. Tidak ada tanda khusus parkir untuk seorang perdana menteri disekolah anaknya. Tuti juga menambahkan, dia pernah bertetangga dengan Premier New South Wales, pejabat setingkat gubernur. Penampilannya bersahaja, setiap pagi sebelum berangkat kantor dia acap kali menggendong anaknya atau mengajak jalan-jalan. Bahkan belanja kebutuhan rumah tangga ke supermarket sendiri.



Nieke yang bekerja sebagai agen properti dan perawat mengatakan, bahwa meski disini banyak kemudahan dan keteraturan, namun beragam manusia tentu memiliki pelbagai permasalahan. Saya sudah beberapa tahun ini bekerja sebagai perawat, awalnya ada teman yang menawari pekerjaan tersebut, saya mendaftar melalui sebuah agen jasa perawat, melalui serangkaian tes dan “uji kelayakan” akhirnya diterima. Tapi beda dengan “nurse” atau suster. Bila suster boleh memberikan obat (atas petunjuk dokter) untuk klien atau pasien, sedangkan perawat “hanya” menemani, mendampingi dan mengingatkan untuk minum obat. Biasanya dia menjaga pasiennya dari pukul 2 siang hingga 8 malam, jadi 6 jam sehari.


Betapa kebahagaiaan hidup tidak tergantung dengan kekayaan, kecantikan ataupun jabatan. Beberapa pasien yang Nieke tangani butuh pendampingan karena merasa kesepian dan ketergantungan fisik. Ada yang muda belia berusia 20 tahun, gadis cantik rupawan, rambut sebahu, bermata biru. Mengalami cacat fisik dan harus di kursi roda. Tidak bersuara. Bila ingin sesuatu, tangannya bergerak sangat lemah menunjuk ke “words chart” yang ada gambarnya. Bila ingin makan, makan ia menunjuk gambar makanan.. Dia bisa makan sendiri, namun gerakannya sangat lamban. Awalnya gadis ini periang, dan sehat. Namun, karena mengalami depresi mendalam yang menimpa kehidupan pribadinya, lalu nekat bunuh diri. Tetapi gagal, hinggal mengalami Brain Injuri. Syaraf otaknya mengalami kerusakan, tidak dapat menerima oksigen, sehingga otak sulit memerintahkan anggota tubuhnya untuk bergerak, juga bersuara.

Ada juga kisah dokter, kaya raya. Direktur rumah sakit terbesar di Sydney. Isterinya menderita kanker, lalu meninggal dunia. Anaknya yg perempuan usia 40 tahun, tinggal diluar kota. Ayahnya mengharapkan agar anaknya pindah, karena rumahnya yang ditempatinya besar sekali. Saat itu mamanya hendak dimakamkan. Pemakaman untuk isteri sedang disiapkan, tapi tiba-tiba dokter tersebut mendapat kabar, bahwa anaknya meninggal dunia. Tidak diketahui sebabnya yang pasti, ada kemungkinan bunuh diri karena persoalan dengan suami. Akhirnya pada hari pemakaman yang direncanakan untuk memakamkan isteri tercintanya, harus berbarengan dengan pemakaman puterinya. Jadi, dalam sehari, diaharus menerima kenyataan yang memilukan, dengan memakamkan kedua orang tercintanya.

Nieke mengakhiri ceritanya dengan tarikan napas dalam-dalam. Banyak hikmah yang dia dapat. Bahwa ternyata kisah kehidupan manusia yang memilukan kerap dialami. Tidak pandang, apakah kita kaya atau miskin, punya jabatan atau tidak, tetapi beragam masalah mendera setiap manusia. Mudah-mudahan dalam setiap permasalahan tersebut ada kemudahan dan jalan keluar yang terbaik.

Hari kini sudah malam, hujan sudah mulai reda. Mereka saling mengucapkan selamat tinggal. “Gank Café” ini hendak bubar jalan, tapi rupanya gallery diseberang French Café menarik hati untuk dikunjungi. Akhirnya sebelum benar-benar berpisah, mereka menyempatkan diri untuk melihat pameran karya seni perupa yang unik dan cantik. Betapa indahnya pertemanan yang terjalin diantara mereka, saling bertukar cerita. Bekerja dan sukses di negeri orang, yakni Australia.

Jakarta, 28 April 2010

-Meita-
Soup Capuccino

No comments:

Post a Comment